BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya.
Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil
kombinasi informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang
berasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya
pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh manusia.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini seperti : gen,
genotif, resesif, dominan, alela, homozigot, heterozigot hendaknya sudah
diketahui dan dipahami.
Ciri-ciri yang diamati (secara kolektif dan fenotif) suatu organisme
dikendalikan oleh gen. Pada orgabnisme diploid setiap sifat fenotiof
dikendalikan oleh setidak-tidaknya oleh satu pasang gen satu anggota pasangan
tersebut diwariskan dari setiap induknya. Jika anggota pasangan tadi berlainan
dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya maka disebut alelik. Alel adalah
bentuk alternatif suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan
warna bniji pada ercis.
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu
dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, dan satu dengan alel yang
berlainan disebut heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan menyatakan
atau meniadakan yang lainnya (dominasi). Atau kedua-duanya alel itu
dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (kodomonasi/resesif).
Bila gamet–gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis,
pasangan–pasangan gen menjadi terpisah–pisah dan didistribusikan satu–satu
kepada setiap gamet atau spora (Hukum Mendel tentang seregasi).
Mendel menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak
bergantung pada pewarisan pasangan lainnya (Hukum pemilahan bebas). Beberapa
sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor
berganda sedemikian rupa merupakan kekhasan sifat, seperti contoh pada berat
tubuh, yang cenderung beragam dalam suatu cara yang berkesinambungan dari suatu
ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian individunya mempunyai suatu fenotip
diantara ekstrim-ekstrimnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui golongan darah
seseorang yang diturunkan dari tetuanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah.
Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan
4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan
natrium sitrat atau natrium oksalat, karena garam–garam ini menyingkirkan
ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah
(Abbas, 1997).
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang
disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan
pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan
substansi interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan
jaringan pengikat yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian
dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan suspensi
tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat diamati secara
kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap
sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu
pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan
tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut
alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang
mengendalikan sifat keturunannya (Subowo. 1992).
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam
plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan tersebut
disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin.
Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan
ion Ca2+ (Poejadi, 1994).
Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru,
mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan
dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari
kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke
seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang
dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif,
menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibodi (Abbas, 1997).
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa
penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit
seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi,
campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal
tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu:
A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan
aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai
antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat
antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B. Antigen dan antibodi yang
dikandung oleh darah seseorang dengan golongan darah tertentu adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Antigen dan Antibodi yang dikandung oleh darah seseorang
Golongan
|
Antigen
|
Zat anti
|
A
|
α
|
B
|
B
|
β
|
A
|
AB
|
-
|
A + B
|
O
|
α maupun β
|
-
|
Bila antigen α bertemu dengan anti A dalam darah seseorang maka akan
terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal ini golongan darah penting sekali untuk diperhatikan,
terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan sampai terjadi
penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si pemberi
(donor) maupun si penerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih
dahulu golongan darahnya (Kimball, 1990).
Golongan darah menurut system ABO, pada permulaan abad ini K. Landsteiner
menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang terjadi apabila sel darah
merah seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang
lain campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi
tadi maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan yaitu A, B, dan O.
Golongan keempat yang jarang ditemui yaitu golongan darah AB telah ditemukan
oleh dua orang mahasiswa Landsteiner yaitu A. V. Von Decastelo dan A. Sturli
pada tahun 1902. Golongan darah menurut system MNSs, dalam tahun 1972 K.
Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru yang disebut antigen-M dan
antigen-N. Dikatakan bahwa sel darah merah seseorang dapat mengandung salah
satu atau kedua antigen tersebut. Golongan darah menurut sistem Rh, K.
Landsteiner dan A. S. Wiener pada tahun 1940 menemukan antigen baru lagi yang
dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India
yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan darah orang). Golongan darah
dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah Rh positif (Rh+)
ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam eritrositnya sehingga waktu darahnya
dites dengan anti serum yang mengandung anti Rh maka eritrositnya menggumpal,
golongan darah Rh negatife (Rh-) ialah orang yang tidak memiliki
antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga eritrositnya tidak menggumpal pada
waktu dites (Suryo, 2001).
Menurut sistem A, B, O, ada 4 macam golongan darah, berdasarkan macam
aglutinogennya. Keempat golongan darah itu ditentukan oleh 3 macam alela yang
diberi simbol I ( isoaglutinogen): gen IA pembentuk aglutinogen A, gen IB pembentuk aglutinogen B, gen IO yang tidak dapat membentuk aglutinogen (Foster, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Desember 2007 pukul 08.00-10.00, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek glass, jarum
franke atau blood lanset, tusuk gigi yang bersih dan kering, dan kaca pembesar
atau mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah darah manusia, serum
anti A dan anti B, kapas dan alkohol 70 %.
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan objek
glass dan memberi tanda untuk serum anti A dan serum anti B berdampingan.
2. Membersihkan bagian jari tangan
yang akan ditusuk (diambil darahnya) dengan kapas beralkohol 70 %.
Kemudian menusuk dengan blood lanset dan meneteskan pada masing-masing
bagian objek glass tadi.
3. Menambahkan 2 tetes serum pada
masing-masing tetes darah, yang satu dengan anti A dan yang lain
dengan anti B. Kemudian mencampurkan/meratakan dengan
baik hingga membentuk gambaran oval.
4. Mengamati dan menentukan
golongan darahnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Golongan
Darah
|
Anti
B
|
Anti
A
|
Keterangan
|
1.
|
A
|
Anti
A:
Menggumpal
Anti
B:
Tidak
menggumpal
|
||
2.
|
B
|
Anti
A:
Tidak
menggumpal
Anti
B:
Menggumpal
|
||
3.
|
AB
|
Anti
A:
Menggumpal
Anti
B:
Menggumpal
|
||
4.
|
O
|
Anti
A:
Tidak
menggumpal
Anti
B:
Tidak
menggumpal
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan
oleh alel ganda dan golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting
dalam kehidupan. Pada objek glass yang terdapat darah terlihat, setelah darah
tersebut ditetesi anti A maka darah tidak mengalami penggumpalan dan setelah
ditetesi anti B maka darah tersebut mengalami penggumpalan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel darah yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
bergolongan B.
Apabila antigen a bertemu dengan anti A dalam
darah seseorang, maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan
kematian. Hal ini berarti golongan darah orang tersebut adalah A.Apabila
antigen b bertemu dengan anti B dalam darah seseorang, maka
akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Hal ini berarti
golongan darah orang tersebut adalah B.
Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A, maka akan terjadi
penggumpalan. Begitu juga bila darah orang tersebut diberi zat anti B. Hal ini
berarti golongan darah orang itu adalah AB. Apabila dalam darah seseorang
diberi zat anti A dan zat anti B tidak mengalami penggumpalan, maka golongan
darah orang tersebut adalah O. Berdasarkan hal ini, golongan darah penting
sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Golongan darah
seseorang harus diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan transfusi darah
baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resepien) untuk menghindari
terjadinya penggumpalan atau aglutinasi.
Antingen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau polisarida, tetapi
dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan
protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti gen A dan anti gen B. dimana
anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan pada seseorang bergolongan darah A dan
O, sedangkan anti gen B hanya terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O.
Serum adalah zat anti yang disebut sebagai antibodi atau agglutinin yang
dihasilkan di dalam sel darahnya, sehingga yang disebut dengan anti
serum adalah zat anti atau agglutinin yang tidak dihasilkan seseorang di
dalam sel darahnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan sistem
ABO, darah terbagi atas empat golongan, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O.]
2. Golongan darah A,
B, AB, dominan terhadap O. Golongan darah O muncul dalam keadaan resesif.
3. Golongan darah
disebabkan oleh alel ganda.
4. Pengetahuan
tentang golongan darah sangat penting untuk kebutuhan transfusi darah.
5. Golongan darah A
mengandung antigen a dan zat anti B, golongan darah B
mengandung antigen bdan zat anti A, golongan darah AB
mengandung zat anti A + B dan golongan darah O mengandung antigen a maupun b.
5.2 Saran
Dalam hal ini, peranan asisten sangat diperlukan untuk memberikan
penjelasan tentang golongan darah terutama menyangkut antigen dan zat anti yang
terkandung di dalam darah, karena kebanyakan praktikan mengalami kesulitan
dalam membedakan antara golongan darah yang satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. 1997. Biologi Cetakan KeTiga. Yudistira. Jakarta.
Foster, B. 2002. Buku Pelajaran Siap SPMB
IPA. Ganesha Operation. Bandung.
Kimball, J. W. 1990. Biologi
Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun
Praktikum Biologi Umum. FMIPA Universitas Lambung
Mangkurat.Banjarbaru.
Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Yogyakarta.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryo.
2001. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. UGM Press. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar